Senin, 25 Oktober 2010

Do’a cinta

Ramadhan kali ini adalah Ramadhan kedua, dan Ramadhan terakhir aku bisa di dekatnya.

Kehadirannya membuat banyak perbedaan, aku selalu merasa bersemangat menjalani Ramadhanku. Kupakai baju terbaikku, kukalungkan sorban yang baru kubeli, kusemprotkan minyak wangi. tapi tetap kutata niat dalam hati, bahwa kulakukan semua ini hanya untuk menjalankan sunah Nabi.

“Sebentar lagi lewat” Gumamku.

Aku mengamati suara langkah kaki di lorong samping rumahku, karena Fika pasti melewatinya saat akan ke masjid untuk menjalankan sholat tarawih.

“Itu suara langkah kakinya” Kataku dengan semangat.

Aku hafal betul suara derap langkahnya, karena aku selalu mendengarnya hampir tiap hari, baik saat pergi ataupun pulang dari sekolah aku selalu memperhatikannya.
Aku bergegas keluar agar berpapasan saat dia melewati depan rumahku.
“Subhanalloh” Pujiku dalam hati.
Seorang bidadari berjilbab, tersenyum padaku
“Assalamu’alaikum” Sapa Fika.
“Wa..wa..wa’alaikum salam” Jawabku dengan gugup.
Aku menundukkan kepala, tak pernah sanggup aku menatap matanya lebih dari lima detik, itu pun kulakukan hanya karena ingin meghormatinya. kupercepat langkahku untuk mendahuluinya, aku tak mau syaitan mengotori kekagumanku saat berada di belakangnya. Setiap kali aku mengingatnya aku berdo’a.

“Ya Alloh ya Robb, engkau yang menyelipkan cinta ini di hati hamba, namun hamba tak pernah ingin menjadikannya pacar hamba, hamba hanya ingin dia halal untuk hamba”

aku tahu rasanya, jadi diamlah

kenapa harus seperti ini
membosankan
apa ini yang kau suka? tapi maaf, aku nggak suka
kenapa selalu, selalu dan selalu menuntut
apa tak ada hal lain yang kau bisa
memang apa yang pernah kau ajarkan padaku
hingga aku kau suruh menjadi sempurna
apa itu cara yag benar
atau hanya kau saja yang menganggapnya benar
kalau kau anggap benar
mengapa bukan kau saja yang melakukan

hai burung !!!!
diam kau
tak usah kau mengeluh pada ku
aku tahu rasanya di dalam sana
tak bisa terbang
menghirup udara yang berhembus kencang
membelah udara ketinggian
lalu menukik tajam
aku tahu itu pasti menyenangkan
aku tahu apa yang kau rasakan di dalam sana
jadi berhentilah berkicau
dan mengeluh pada ku

kenapa harus ada sangkar
untuk apa
apa agar kau bisa melihatnya setiap saat
kapan saja kau mau
apa kau senang, apa kau benar-benar senang
melihatnya berkicau muram tanpa bisa terbang
bukankah lebih menyenangkan
melihatnya melompat kegirangan
dari dahan ke dahan
dalam setiap kicauan yang kau dengar
meski itu hanya dari kejauhan

Hai singa !!!!!
apa yang kau lakukan kandang sana
bisa diam tidak
tak usah kau mengaum di telingaku
aku tahu rasanya di dalam sana
bukankah kau seorang raja hutan
harusnya kau ada di luar sana
dalam pekatnya hutan rimba
mengaum dengan bangga
di atas tahta raja belantara
jadi diamlah
berhentilah mengaum
merengek di telingaku
karena aku tahu
benar-benar tahu
bagaimana ada di dalam sana

25 agustus 2010
01:23 wib

Pesta-NYA

Udara ini terasa berbeda, tak seperti biasanya, terasa begitu nyaman jauh dari dinginnya keangkuhan, jauh dari pengapnya kesombongan, begitu hening, menentramkan setiap sendi-sendi yang biasanya berbalut kejenuhan.

Kutelusuri aliran udara ini. Kuhirup sepuasnya, sambil terus berjalan, mencari apa yang sebenarnya membuat udara ini berbeda.
Di  sela-sela kenikmatan ini, kutengadahkan kepalaku dengan memejamkan mata, dan akhirnya, saat ku membuka mata, kutemukan apa yang membuat malam ini terasa berbeda. Langit itu, iya langit di atas sana sedang berpesta. Bintang-bintang yang tak seperti biasanya, lebih banyak dari biasanya, lebih terang dari biasanya, bahkan ada yang berlari-larian, persis seperti puluhan anak kecil yang sedang bermain kejar- kejaran. Planet Venus yang biasanya jarang menampakkan cahaya putihnya, bersinar terang tak mau kalah dengan bintang-bintang.
Planet Mars yang biasanya terlihat samar, tak ragu menyala dengan bangga dalam balutan warna kuning keemasan miliknya.
Langit begitu terang, menyambut alunan tasbih yang  menggema dari sudut-sudut bumi yang  berseru memuji untuk-NYA.

Tak akan ada yang percaya dengan apa yang kulihat ini,  tapi aku benar-benar melihatnya, seperti sedang ada perayaan besar, sebuah perayaan pengantin semesta yang takkan pernah aku lupakan, sebuah perayaan di sepertiga malam terakhir di bulan Ramadhan, yang kusaksikan di tengah-tengah luasnya halaman sekolahku, belasan tahun yang lalu. Saat aku belum mampu mengerti, dan melukiskannya dengan kata-kata. Hanya bisa terdiam, terpana, dan menikmati pesta-NYA, yang entah kapan aku bisa kembali melihatnya.

Sebatas sujud hamba

Sebatas sujud hamba
Denis el-muharrom

Nafas ini

Kunikmati

Dalam belaian kasih sayang
Yang tak pernah terbatasi

Tuhanku

Maafkan aku

Hanya sebatas ini
Yang mampu hamba persembahkan

Untuk kasih sayang
Yang takkan pernah mampu hamba lunasi

Sebatas sujud hamba
Dengan sedikit tetes air mata
Dalam do'a
Memohon ampun
Atas segala dosa

negri ini terlalu banyak membuang uang, terlalu banyak membuang nyawanegri ini terlalu banyak membuang uang, terlalu banyak membuang nyawa


negri ini seperti punya dua sisi kehidupan yang saling bertolak belakang, antara kekuasaan yang identik dengan kekayaan, dengan rakyat kecil yang identik dengan kemiskinan.

kita lihat di tempat2 orang yang berkuasa, seperti gedung yang katanya tempat wakil rakyat, yang kita kenal dengan gedung DPR/MPR, yang katanya tempat menampung aspirasi rakyat, mereka ada untuk rakyat. bisa kita lihat jarang sekali semua kursi penuh terisi, ada saja yang absen tidak hadir, kalau pun ada kerjanya hanya duduk, diam, tidak begitu tanggap, tidak peduli dengan apa yang di bicarakan dalam rapat,yang memberikan pendapat atupun solusi orangnya hanya itu-itu saja tidak pernah berubah, bisa di hitung dengan jari, bahkan, luar biasanya lagi, ada yang bisa-bisanya tidur dalam ruangan saat rapat berlangsung.

Satu lagi tempat yang nggk kalah luar biasanya, yaitu kantor-kantor pemerintahan yang di isi oleh para pegawai negri sipil, yang gajinya tentu saja di ambi dari pajak keringat rakyat kecil, lihat saja kerja mereka, tidak kalah luar biasanya dengan para pembesar-pembesar yang berada di gedung DPR. setiap kali walikota melakukan sidak, ada saja kursi yang kosong, entah itu absen, belum datang atau yang lainnya, kalaupun banyak yang hadir, sering kita lihat dalam lipuan sidak itu mereka malah asik sedang main game di komputer kantor, kita juga sering melihat mereka berkeliaran di mall-mall saat jam kerja.
apa yang menyebabkan semua ini seperti menjadi tradisi, atau menjadi hal yang biasa di negri ini, apa terlalu banyak orang, sehingga mereka kekurangan sesuatu untuk di kerjakan? atau sebenarnya banyak pekerjaan tapi mereka malas menyelesaikan.
apa yang sebenarnya terjadi dalam sistim pemerintahan negri ini.
bekerja malas-malasan, tapi gaji, tunjangan, dan lain-lainnya ingin di naikkan. hebat..hebat.. sangat luar biasa, luar biasa tidak tau malunya.

Terlalu banyak negara ini mengeluarkan uang, bukankah seharusnya tidak perlu banyak orang dalam pemerintahan, yang jadinya malah buang-buang uang tapi tidak ada hasil kerjanya. sebenarnya yang pantas menjadi pegawai negri atau yang kita kenal dengan PNS, adalah para tukang sapu jalan, petugas kebersihan yang setiap hari memunguti sampah, penjaga pintu lintasan kereta, masinis dan asistennya yang kerjanya begitu beratnya dengan gaji seadanya, sehingga tidak akan terjdi hal-hal yang tidak di inginkan seperti kecelakaan beberapa waktu lalu di pemalang, jawa tengah.
seharusnya pemerintah menambah lebih banyak lagi pekerja seperti mereka yang jelas hasil kerjanya, yang otomatis mengurangi jam kerja mereka, untuk mengurangi faktor kelelahan yang menjadi penyebab utama sebuah kecelakaan. yang sepertinya sudah jadi tradisi setiap tahun saat musim mudik tiba. Apakah pihak-pihak terkait hanya pasrah saja, dan tidak pernah belajar dari kasus-kasus terdahulu, mungkn tahun 2010 ini jumlah korban memang menurun, tapi jumlah kasus kecelakaan malah meningkat lebih dari 50%, peningkatan yang luar biasa saya rasa. apakah hal seperti ini di tanggapi hanya dengan "Semua ini sudah kehendak tuhan" ,enak sekali bicara masalah nyawa orang banyak hanya dengan kata-kata seperti itu, mana tanggung jawab kalian, tuhan akan merubah sesuatu kalau saja manusianya berusaha.

Jadi intinya, negri ini punya masalah dengan sistim pengangkatan para pembesar-pembesarnya yang identik dengan uang, kalau ingin jadi wakil rakyat harus punya banyak uang dulu, ya seperti ini jadinya, kalau sudah jadi, yang dipikir cuman uang, sumpah, tugas dan kewajipan terlupakan.
para sahabat saja malah ketakutan saat di serahi sebuah jabatan, takut tidak sanggup menjalankan tugas dan kewajibannya. harusnya para wakil rakyat itu di rekomendasikan oleh rakyat itu sendiri, tidak mengajukan diri, lalu rakyat suruh memilih, bagaimana mau memilih, kenal saja tidak, mankanya banyak yang memilih lebih baik golput/gag memilih.

negri ini terlalu banyak membuang-buang uang percuma,yang hanya menyenangkan segelintir para pembesar, dan negri ini trlalu banyak membuang nyawa, karena tidak pernah belajar banyak dari sebuah kesalahan, dan lebih parahnya, tidak mau di salahkan.


Aku orang Indonesia
Aku cinta indonesia
Aku ingin indonesia merdeka
Merdeka yang benar-benar merdeka!!!!!

Sedikit, Yang Akan Ku Rindukan Dari Malam Ini, dan sedikit ku selipkan do'a dan harapan.

Nunggu setahun lagi
buat bisa liat orang yang tiba-tiba ambruk waktu sholat tasbih karena gag sanggup menahan kantuk.:)
Nunggu setahun lagi
buat bisa liat orang yang sujud pie gag bangun2 karena terlalu khusyu' berdo'a ampe' ketiduran waktu sholat hajat.:)
Nunggu setahun lagi
biar bisa menikmati bersujud dalam keheningan malam yang di penuhi dengan antrian malaikat.
Nunggu setahun lagi
biar bisa nangis sama-sama dan sepuasnya, memohon ampun kepada sang pencipta alam semesta.

Ya Alloh ya Robb, biarkanlah hamba menikmati semua ini setahun lagi... amin ya robbal 'alamin...

Selasa, 20 Juli 2010

Cermin tua, penuh sarang laba-laba

Kakiku melangkah pelan, di antara riuh kegelapan
Yang masih tatap berjuang, mengalahkan cahaya muram
Aku terhenti, kulihat bayangan di cermin
Yang membuatku sedikit berfikir, “Sepertinya, wajah itu tak asing denganku.”

Kudekati, kulangkahkan kaki, pelan sekali
Sekeras hati kucoba mengingatnya, kupaksa bekerja isi kepala
Tapi percuma, tak sedikit pun aku bisa mengingatnya
Tapi aku yakin, aku benar-benar pernah melihatnya

Kupandangi wajah itu, kucoba mengenalnya
Tapi, ku berhenti, kupalingkan wajahku, aku tak ingin melihatnya
Pemalas. Iya, wajah seorang pemalas
Yang tak mau mencoba, karena takut selalu berhasil mengalahkannya

Kulangkahkan kaki lagi, menjauh, memecah keheningan hati
Kulewati kursi-kursi tua, yang kurasa aku pernah berlari-lari mengelilinginya
Aku tersenyum, karena bisa sedikit mengingatnya
Sampai kulihat di ujung ruangan, di antara lemari tua

Siapa lagi itu, ku dekati sedikit berlari
Cermin tua, penuh sarang laba-laba
Wajah siapa lagi ini, sepertinya aku pun mengenalnya
Ku ingat lagi, tapi lagi-lagi aku tak menemukannya

Kubuang muka, aku berhenti mengingatnya
Wajah itu menggangguku
Bodoh, wajah orang bodoh
Yang menganggap dirinya mahluk paling pintar, tapi mudah sekali di bodohi
Lagi, dan lagi, sungguh bodoh sekali

Ku tinggalkan cermin tua yang penuh sarang laba-laba
Kembali kulangkahkan kaki,sedikit agak berlari
Tapi kaki ini berat, berat sekali
Wajah itu, wajah di cermin itu, aku pernah melihatnya

Ku berlari kembali, di mana bayangan-bayangan itu berada
Bayangan di cermin pertama, bayangan di cermin tua penuh sarang laba-laba
Ku dekati lagi, ku pandangi lagi
Tak butuh waktu lama , memang benar aku pernah melihatnya

Aku tersenyum lama, menggelikan sekali, bahkan sampai tertawa
Aku sudah mengingatnya
Bukankah bayangan di cermin itu adalah aku
Aku yakin itu adalah aku

.....juli 2010

Minggu, 11 April 2010

bad...

Hari ini kepala sedang bingung
Jari-jari bimbang tak mau diam
Hati gundah dalam lamunannya
Bertengkar saling menyalahkan

“Apa kau tidak bisa diam sedikit” kata kepala yang kesal melihat tingkah jari-jari.
“Bagaimana awak bisa diam, sudah lama awak tidak menulis sesuatu” Timpal jari-jari dengan logat melayu..
‘Apa kau tidak bisa sedikit saja memikirkan sesuatu ,yang bisa aku tulis barang sepatah dua patah kata..
“Apa kamu tidak tahu aku sedang pusing, terlalu banyak masalah, mana sempat aku memikirkan sajak dan kata-kata mutiara”
“Macam orang penting saja kau ni, paling-paling hanya masalah uang yang kau pikirkan”
“Sudahlah jangan ganggu aku, coba saja Tanya sama hati, sepertinya dia butuh pelampiasan” Kepala mencoba mengalihkan perhatian perhatian jari-jari yang terus mengganggunya.
“Hai kau, kenapa murung kali tampang kau ni, cobalah katakana sama awak, mungkin awak bisa Bantu meringankan beban kau tu,,”
“Loro atiku, bagaimana aku bisa cerito nang koe, aku nggak seneng nulis kesedihan ku”jawab hati dengan logat jawa medo’ nya.
“Macam mana kalian ni, bagaimana awak bisa diam kalo tak ada yang bisa Bantu awak”

Kepala yang masih berputar-putar
Seperti pusaran air
Tak berhenti
Ingin meledak rasanya
Jari-jari yang melompat-lompat
Berlari-lari
Menari-nari
Kekanan
Kekiri
Depan
Belakang
Seperti berdiri di atas bara api
Yang tak mungkin berdiam diri lama-lama
Dan kalian pasti tau rasanya
Hati yang tak mampu tertawa seperti biasa
Yang begitu bersemangat bercerita
Sampai-sampai jari-jari kelelahan karenanya
Kepala yang terpaksa mengalah
Dan hanya bisa diam mencerna setiap kata-kata
Tapi hari ini
Kepala tak seperti biasanya
Jari-jari tak seperti biasanya
Hatipun tak seperti bisanya

Sabtu, 06 Maret 2010

Aku Bisa Lebih... (episod 2)

Aku mengamati satu persatu wajah di sekelilingku, tak satupun s
Aku mengamati satu persatu wajah di sekelilingku, tak satupun siswa yang aku kenali, yang memeng sebenarnya hanya aku dan dua teman yang keduanya adalah perempuan, yang dulu satu sekolah, aku menunggu salah satu dari mereka mungkin akan satu kelas denganku, sementara siswa-siswa yang lain asik ngobrol dengan teman sebangkunya yang kurasa mereka memang sudah kenal sebelumnya, itu terlihat betapa akrabnya mereka. Setelah beberapa lama aku memperhatikan bangku-bangku di sekelilingku hanya tinggal bangku di sampingku yang masih kosong, berarti hanya tinggal satu orang saja yang akan bergabung di kelas ini.
“Semoga salah satu dari mereka berdua yang akan masuk ke sini.” Aku berharap dalam hati.
Tak bisa kumbayangkan apabila tak satu pun dari teman sekelasku ini yang ku kenal, mungkin akan terasa berat hari-hari yang akan ku jalani berikutnya.
Aku masih menunggu dan berharap temanku yang akan datang, sampai aku melihat seseorang berjalan ke arah pintu kelas ini.
“Permisi, apa ini kelas 1.1?”
Semua siswa terdiam memandang ke arah pintu kelas, tak satupun suara yang terdengar begitu juga dengan aku, yang sedikit kecewa, karena ternyata orang yang terakhir bergabung di kelas ini bukanlah teman sekolahku dulu.

“Hello…. Permisi !!”Tanya anak itu lagi, karena tak satupun dari kami yang menjawab.
“Oh iya benar..” Seorang siswa yang tempat duduknya berada paling dekat dengan pintu menjawab dengan sedikit terkaget, Begitu juga dengan semua orang yang berada di kelas ini setelah beberapa detik yang lalu mereka terdiam, kini mereka saling pandang dengan teman di dekatnya dengan sedikit menahan tawa yang kulihat jelas di wajah mereka.

Rambut klimis yang disisir rapi. Dengan kemeja yang kancing bajunya terpasang lengkap tanpa menyisakan satupun meski di bagian atas, kulit yang sedikit lebih hitam dari kami semua, sedang berdiri dengan senyum lebar yang membuat siapapun pasti akan tertawa melihat penampilannya. “Erik Setiawan Diwangga” Seorang anak yang mempunyai imajenasi dan percaya diri tingkat tinggi, yang tak pernah mau tau dengan apa yang orang lain fikirkan tentang dirinya, tentang penampilannya bahkan pemikiran pemikirannya. Dialah sahabat pertamaku, dan dia juga yang selalu biasa membuat semangat dan percaya diriku kembali.
“Hay, Erik Setiawan Diwangga.” Dia langsung memperkenalkan dirinya padaku setelah meletakkan tas di atas meja.
“Satria” akupun memperkenalkan diriku dengan menjabat tangannya. Tapi dia tetap saja memegangi tanganku dan tak mau melepasnya
“Satria” Aku mengulangi menyebutkan namaku, tapi tetapsaja dia tak mau melepaskan pegangannya.
“Erik setiawan diwangga” Dia menyebutkan namanya kembali dengan menggoyang-goyangkan tanganku yang membuat aku mengerti apa maksudnya.
“Satria Wibawa”
“Nah itu baru betul, kita harus bangga dengan nama yang di sematkan pada kita, ya meskipun aku tak tahu apa arti namaku sendiri he...he..he..”
Itulah Erik, lucu, menyenangkan tapi juga jenius. Mengapa aku menyebutnya jenius, itu karena kami pernah merancang sebuah kereta api saat pelajara fisika, kereta api yang bisa terselamatkan saat bertabrakan dengan sebuah pesawat terbang, itulah masalah yang guru fisika kami berikan untuk kami pecahkan, dan apa hasilnya, sebuah ide lucu, kreatif,dan juga genius yang menjadi perdebatan panjang di kelas kami, sebuah ide yang tak perlu kujelaskan lebih rinci, karena akan malah membuat kalian tertawa.
………………………………

Aku berjalan pelan tanpa semangat memegangi buku bersampul biru tua yang baru saja di berikan oleh ayahku tanpa ekspresi sedikitpun, buku yang bertuliskan Raport di atasnya den tertulis jelas Satria Wibawa di bawahnya. “21”(duapuluh satu), itulah nomor urut otakku di kelas ini, sebuah angka yang sama sekali tak bisa di banggakan.
“Apa yang sudah aku lakukan” aku bertanya dalam hati
Tega sekali aku menyakiti hati orang tuaku, anak macam apa aku ini yang menghancurkan harapan orang tuanya dengan memberikan angka 21, angka yang jauh sekali dari angka yang ku persembahkan pada mereka sebelumnya. Angka “1” (satu) yang sering kuberikan saat Madrasah Ibtida’iyah (MI), dan lima besar yang ku persembahkan untuk mereka.saat di Madrasah Tsanawiyah (MTS).
“Sama, sama seperti dulu kini pun aku harus bias melewatinya.”
Aku pernah mengalami ini sebelumnya, saat semester pertamaku di Madrasah Tsanawiyah (MTS), aku mendapat angka 7 (tujuh) di raportku, angka yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, aku bertekat untuk kembali ke tahtaku, setidaknya masuk 3(tiga) besarlah minimal. Dan akhirnya usahaku tak sia-sia. Dan kini akupun harus melakukan hal yang sama pada diriku
“Aku harus melompati setidaknya 10 (sepuluh) kepala semester depan”
Itulah yang kuikat, kupaku dan kutanamkan dalam otakku
Dan akhirnya perjuanganku sampai pada akhir waktunya, apakah semua usahaku ini benar-benar menghasilkan.

To be continue……………



Jumat, 22 Januari 2010

Aku bisa lebih..(part 1)

"Satria Wibawa putra dari bapak Aji Santoso". Aku berdiri dari tempat duduk dan menuju podium, dengan toga yang ku kenakan aku melangkah dengan mantap.
hari ini adalah hari wisuda di sekolahku, aku senang sekali karena dari sekian banyak siswa yang tidak lulus, aku bukanlah bagian dari mereka, tapi aku menjadi bagian dari siswa yang mendapat kehormatan menaiki podium untuk di sematkan tanda kelulusan.
Aku kenbali ketempat dudukku, jabatan tangan dan pelukan dari teman-teman menghentikanku berkali-kali. Aku senang sekali hari ini karena akhirnya aku lulus.

"Senang sekali.." pikirku dalam hati.
sebenarnya tidak tepat bila aku menggunakan kata "Senang sekali", mungkin lebih tepatnya hanya "Senang...". karena ada hal yang mengganjal di hatiku.

"Poko'e iso lulus, pokoknya bisa lulus"
Itulah niatku sebelm ujian, niatku saat awal semester genap, niatku awal semester satu, atau bahkan tanpa sadar aku telah menanamkan niat itu saat pertama masuk sekolah ini. Sebuah niat yang ku pikir-pikir cukup memalukan, menggelikan. Niat seorang pengecut yang kalah sebelum berperang.

Kalian akan tahu mengapa niat itu ku anggap memalukan.

-----------------

"Satria Wibawa" suara kepalasekolah dari pengeras suara.
aku langsung lari ke tangga dan mencari ruang kelas yang bertuliskan kelas 1.1
hari ini adalah hari pertamaku di Madrasah aliyah ini, dan hari ini pula kepala sekolah mengumumkan pembagian kelas. Aku mendapatkan kursi di sebuah kelas yang katanya adalah kelas favorit karena akan di isi oleh anak-anak berprestasi di sekolah mereka sebelumnya. Aku menemukannya, di ujung lorong lantai dua ini, kelas yang akan mengawali ceritaku, mengawali kebodohanku, mengawali kekalahanku melawan diriku sendiri.....

to be continue........

Sabtu, 09 Januari 2010

Bromo... okelah kalau begitu.....

Berangkat pagi enggak jadi
Ujan grimis dingin sekali
Naik gunung tinggi sekali
Nggak ada temen nyetir sendiri

Okelah kalo begitu.... okelah kita mendaki...

Nyampek bromo udah sore
Gerimisnya mulai lagi
Gak ada tenda jas ujan jadi
Motor empat kanan kiri

Okelah kalo begitu......okelah kita mulai...

Kanan kiri udah mimpi
Sampai kayak orang mati
Tinggal aku duduk sendiri
Enggak ngantuk sama sekali

Okelah kalo begitu....okelah ngelamun sendiri...

Tengah malam bangun semua
Mau lihat kembang api
Udara bromo dingin sekali
Buat kita pengen ngopi

Okelah kalo begitu... okelah kita ngopi...

Nggak ada minyak bensinpun jadi
Nyalain api susah sekali
Mati lagi mati lagi
Bensin gak jadi plastikpun jadi

Okelah kalo begitu...okelah nyalain lagi...

Kita ngopi sampai pagi
Sambil nungguin matahari
Sambil duduk makan roti
Ada gitar nyanyi-nyanyi

Okelah kalo begitu...okelah kalo beg...beg..beg...begitu....

Kopi habis udah pagi
Tetep gak ada matahari
Karena kabut tebal sekali
Akhirnya kita tidur lagi

Okelah kalo begitu.... okelah tidur lagi....

Banyak orang ngomel sendiri
Naik bukit lari-lari
Mau lihat terbitnya matahari
Malah muncul udah tinggi

Okelah kalo begitu...rasain kalo begitu ha...ha... kasian...

Bensin bocor buat ngopi
Netes-netes banyak sekali
Untung aja di dalam tangki
Cukup buat naik lagi

Okelah kalo begitu.... ayo kita balik lagi........

31 Desember2009 - 01 Januari 2010