Selasa, 27 Oktober 2009

Semangat Itu


SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928


Kurindukan semangat itu
Yang mulai pudar dari bangsaku

Kurindukan semangat itu
Yang mulai luntur Dalam dada putra bangsakau

Kurindukan seruan itu
Saat bangsa ini membutuhkan putranya
Mereka saling lempar batu tanpa malu
Yang seharusnya bahu-membahu saling membantu

Kurindukan semangat itu
Karena harapanku, harapan bangsaku
Kuletakkan di atas bahu mereka
Karena kesempatan telah memilih mereka

Kurindukan semangat itu
Yang membuatku bangga menjadi putra Indonesia

Malang, 28 oktober 2009

Selasa, 20 Oktober 2009

Plakkk....... I love you to....

"Yang ini namanya sendi !!"

Aku kaget seketika, gara-gara ada yang menepuk pundakku dari belakang, waktu aku sedang duduk santai di depan rumah. yang membuat aku seketika melompat dari bangku.

"Eh mas Ega, ngagetin aja," tanyaku dengan nafas yang masih putus-putus.
"Kaget ya, maaf gak sengaja."
"Baru pulang mas? dari mana?"
"Ini dari jemput sepupu ku."

Aku melihat seorang gadis di samping mas Ega, tetangga sebelahku. Gadis itu tersenyum manis kepadaku yang membuat aku tanpa sengaja jatuh dalam lamunan, dan tanpa sadar aku berkata
"Manis.. cantik...."
"Apa ?" mas Ega bertanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku, yang membuat aku tersadar dari lamunuanku.
"Nggak... gak koq mas !!" elakku dengan sedikit gugup.
"Oh sepupu mas ya?" tanya ku untuk mengalihkan perhatian.
Mas Ega mengangguk, lalu berjalan ke arah rumahnya yang berada di sebelah rumah ku, sedangkan aku masih terpana dengan sosok yang baru saja ku lihat, yang kukira adalah bidadari dari surga.Bukan hanya itu tapi aku merasa tak asing dengan wajah itu, dengan senyum itu mungkin aku pernah bertemu dengannya entah dimana, atau bahkan aku pernah mengenalnya.

"Ah mungkin hanya perasaanku saja." kataku dalam hati.

Aku memperhatikannya dengan detail, dari mulai gaya busananya, senyumannya, bahkan cara dia berjalan ku perhatikan baik-baik dengan mengerahkan seluruh kemampuan otakku untuk mengingatnya. Akhirnya aku menyerah, mungkin karena memori otakku sudah penuh barang kali, hingga aku tak bisa mengingatnya atau memang tidak pernah sama sekali masuk dalam file otakku.

"Tapi aku yakin pernah melihatnya."aku coba meyakinkan diri.

Aku terus memperhatikannya yang terus berjalan menjauhiku. Sampailah dia di pagar rumah yang nantinya akan dia tempati, yaitu rumah mas Ega. Dia membalikkan badannya sebelum masuk dan melambaikan senyumannya kepadaku, yang membuatku seketika menundukkan kepala karena takut dia tahu aku memperhatikannya sejak tadi.

........................................................................................

Keesokan harinya aku berpapasan dengannya, saat aku akan pergi ke rumah Awan sahabatku. Sepertinya dia akan pergi ke kampus. Dengan sekuat hati aku beranikan diri menyapanya dengan harapan bisa sedikit akrab dengannya.

"Hay..." sapaku dengan agak gugup. Dia hanya membalasnya dengan senyuman.
"Mau kemana ?" aku mencoba menyapanya lagi.
"Mau ke kampus " jawabnya dengan menundukkan kepala.
"Sory, aku Sandi " dengan sedikit gugup ku perkenalkan nama ku.
"Sudah tahu, kan kemarin di kenalin sama mas Ega. "
"Oh iya.. ya..??!!." Aku langsung terdiam malu karena salah menggunakan jurus pertama mendekati cewek yang kubaca dari deretan buku yang ada di gramedia beberapa waktu lalu. sedangkan dia hanya terseyum seolah telah berhasil mengerjaiku. Aku tak berani bicara lagi dan hanya diam sejuta bahasa. Tapi sepertinya dia tahu aku yang salah tingkah dibuatnya. Dia pun akhirnya yang mencoba memulai pembicaraan.

"Aku Nisa, sepupu dari mas Ega" dia mengulurkan tangannya.
"Sudah tahu, kan kemarin di kenalin juga sama mas Ega."Aku tertawa dalam hati karen telah berhasil membalasnya, sadangkan dia memasang muka cemberut karena kecolongan dan berhasil kukerjai.

"Ha...ha..." tawaku dalam hati.
"Udah jangan cenberut, kan satu-satu sekornya."kataku dengan sedikit tertawa, sedangkan di masih memperthankan raut mukanya yang masam itu.
"Ayo naik, aku antar sampai depan komplek"
"Nggak." Jawabnya dengan sewot
"Udah jangan cerewet, cepetan naik."

Akhirnya nisa mau juga ku bonceng, ya walaupun kelihatan agak sedikit terpaksa.
Sampai juga akhirnya di depan komplek, dan saat aku menurunkannya aku terkejut melihat sebuah setiker yang tertenmpel di sampul bukunya. Sebuah almamater yang tidak lain adalah nama sekolah SMAku dulu. Aku menghubungkan semua ini, antara nama, almamaternya, semuanya. Aku mencoba mengingatnya lagi, memeras otakku sekuat tenaga. Aku tetap di atas motorku tak beranjak sedikitpun sedangkan dia sudah hilang bersama taksi yang di naikinya. Akhirnya sekarang aku tau apa yang belakangan ini mengganjal dihatiku setiap kali melihat sosok Annisa. Dia adalah satu-satunya wanita yang dapat menembus dinding hatiku, dan dia adalah seseorang yang dengan susuh payah aku lupakan, Anissatussolihah.

.................................................................

"Lihat apa kamu, koq seris bange?t" tanya Andri mengagetkanku sambil senyum-senyum.
"Eh sialan lhu, ganggu orang aja".
"lagian kamu siang bolong kok ngelamun,emang lagi ngeliatin siapa sih".
"kamu tau nggak siapa dia" tanyaku sambil menunjuk ke seseorang yang berada di lantai dua bangunan sebelah kelasku.
"kalau kamu tanya cewek sama aku sama aja bohong, kalau tanya cewek ya sama awan tuh".
aku terus memendangnya dengan kagum sosok yang cantik, anggun, sopan, ramah dan dia selalu menunduk saat perpapasan denganku.

......................................................

Hari berganti hari namun aku tetepsaja tidak bisa menghapus bayangannya dari fikiranku. Akhirnya aku semakin penasaran dan pergi mencari awan. Setelah aku bertanya-tanya akhirnya ku temukan juga awan yang sedang serius membaca buku di dalam perpustakaan
"Wan kamu tau ngak siapa dia ?" tunjukku lagi ke bangunan sebelah yang kebetulan dia juga ada di depan kelasnya.
"Kenapa, kamu suka sama dia." tanya awan dengan cuek.
"cantik, berjilbab, sopan, siapa yang ngak suka sama cewek seperti itu" jawabku.
"Jangan mimpi kamu, tau nggak siapa dia? "
"Yaitu makanya aku tanyak ke kamu karena aku nggak tau" jawab ku dengan kesal karena di buat penasaran.
"Namanya ning nisa ! kamu tau apa artinya ning ?" aku menggeleng karena belum mengerti dengan maksud awan.
"Artinya dia itu anak seorang kyai, ki........ya......i......." jelas awan dengan menekankan kata kyai.

..........................................................

Sejak saat itu aku tidak pernah lagi berfikir untuk mendekatinya, memikirkannya, dan mulai melupakannya. Walau pun itu akan sulit. Karena baru kali ini ada seorang wanita yang membuatku begitu ingin tahu dan mengenalnya. Bukan hanya karena hal itu saja aku tak ingin memikirkannya lebih jauh lagi, tapi karena aku yang sudah kelas tiga, dan ujian kelulusan sudah semakin dekat . Aku tidak mau membagi konsentrasiku dengan hal lain selain ujin akhir sekolah. Akupun mulai bisa melupakannya karena kesibukan belajarku yang padat dengan berbagai les privat yang ku ikuti dan itu sangat membantu untuk menghapusnya dari fikiranku. Beberapa waktu setelah itu aku tahu bahwa sebenarnya aku hanya di kerjai oleh awan yang hanya mengatakannya dengan niat bercanda, dan jengkel karena aku mengganggu konsentrasi belajarnya saat aku bertanya. Sedangkan aku menanggapinya dengan serius. Tapi aku sudah terlanjur mencurahkan seluruh perhatianku untuk menghadapi ujian nasional yang hanya tinggal beberapa hari lagi.


........................................................................


Sudah enam bulan lebih sejak saat pertemuan kami yang pertama, kamipun mulai akrab dan semakin akrab. Bisa di bilang sahabat baiklah. Kemana-mana selalu berdua. kalo lagi BT pasti langsung kabur kerumahku dan curhatlah dia kepadaku. Tapi aku tak memberi tahunya tentang perasaanku ini, dan aku tak ingin dia tahu. tapi lambat laun perasaan cinta yang pernah kulupakan mulai tumbuh lagi seiring kebersamaan kita. Makin hari makin bertambah bahkan melebihi cintaku saat masih di sekolah dulu. Hingga sesutu terjadi yang membuat cinta yang telah begitu lama ku pendam keluar dari persembunyiannya. Dan aku tak dapat mengelak lagi darinya.

"Eh mas Ega, udah lama nunggunya. Tadi ada kecelakaan jadi macet jalannya."
Tapi mas Ega tetap diam dan tak bicara sepatah kata pun yang membuat aku merasa tidak enak hati karena telah ada janji dengannya satu jam yang lalu.

Maafkanlah aku.....
Karena mencintaimu tanpa kau tahu
Maafkanlah aku.....
Karena manyayangimu tanpa ragu
Maafkanlah aku.....
Karena menikmati kacantikan hatimu tanpa izinmu
Maafkanlah aku.....
Karena tak bisa menghilangkan bayanganmu
Maafkanlah aku.....
Karena hati ini takdapat mengatakannya padamu
Maafkanlah aku....
Karena aku tak ingin dosa ada dihatiku
Maafkanlah aku....
Karena aku ingin cinta ini tetap suci
Karena jika saat aku telah mampu
Aku akan ada di hadapan mu

to my love
Annisatussolihah

Aku tersentak dengan sebuah puisa yang di baca mas ega, yang tidak lain adalah puisiku. dan aku berbalik dengan sedikit gugup dan kulihat mas ega memegang sebuah album foto, sebuah rahasia hati.yang tak seorang pun pernah mengetahuinya.


"Sejak kapan kamu suka sama annisa."

Aku tetap terdiam tak dapat menjawab pertanyaannya.
"Ha....ha...." suara tawa mas ega mengagetkan aku, sekaligus melegakanku yang sedari tadi hanya terdiam.
"Biasa aja, gak usah ketakutan seperti itu"
"Ha...ha..." tawa mas ega makin kencang.
"Emang kamu bener-bener suka sama annisa?"
"yang bener ?"
"sejak kapan?"

Mas Ega memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat aku jawab, dan akhirnya setelah di desaknya aku menceritakan semuanya pada mas Ega dari awal pertama aku bertemu dengan annisa sampai aku bertemu kembali dengannya. Mas Ega hanya manggut-manggut saja dengan sedikit tawa meledek. Aku pun menghentikan ceritaku karena ledekannya.
"Dikiranya aku lagi ngelawak apa." kataku dalam hati.
Mas ega pun menghentikan tingkahnya yang membuat aku jengkel.
"iya..iya... terusin dong ceritanya."

.......................................................


"Itu lah mas, sebenarnya aku sudah lama suka sama annisa"
"lha terus kenapa gak ngomong."
"Takut mas, nanti dia malah marah."
"Aku nggak mau menghancurkan persahabatan kami"

Deg... pembuluh darah di jantungku serasa mau pacah, pesawat boing 737 separti mendarat darurat di atas kepalaku. saat ku lihat seseorang berdiri di depan pintu kamar ku dengan air menetes di sela-sela matanya. Aku pun sontak langsung berdiri memendangnya dengan perasaan tidak karuan, takut semua akan ber akhir di sini. dia berjalan perlahan ke arah ku dan membuat aku semakin ketakutan. sedangkan aku hanya menundukkan kepala, serasa bongkahan batu besar menindih kepalaku yang membuat aku tak kuasa untuk menatap wajahnya.
"Maaf kan aku nisa... maafkan a...."

Plakkk....

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri ku. Membuat aku tersentak karna tak menyangka akan mendapat sebuah tamparan dari sahabatku, sekaligus cintaku pertamaku.

"Kenapa kamu lakukan ini padaku." teriak annisa dengan sedikit isak tangis yang masih tersisa.
"Aku pikir kau adalah sahabatku, sahabat yang baik takkan pernah membohongi sahabatnya sendiri."
"Tapi apa yang kamu lakukan kepadaku, kau bohong, semuanya bohong, selama ini kau bohong."
Aku hanya terdiam karena tak mampu mengatakan apa-apa.
"Sejak kapan kau cinta padaku ?" tanyanya dengan nada sedikit merendah, sehingga aku mulai sedikit berani menjawabnya.
"Sejak pertama aku melihat kamu di sekolah kita dulu." jawabku dengan tetap menundukkan kepala.
"Tapi kenapa kau tak mengatakannya padaku"
"Aku... aku... takut kehilangan mu..!!"
"Aku takut kau marah padaku,"
"Aku......"

Plakkkk.....


"Dari mana kau tahu kalau aku akan marah." tanya anisa setelah menamparku untuk yang kedua kalinya.



"I love you to..."

21 oktober 2009
12:41